“Eh, Amel!” sapa Intan saat dia membuka pintu rumahnya. Rambutnya yang dikuncir dua ikut bergoyang karena terlalu semangat. “Kok baru datang?”
“Iya, maaf.” Amel menundukkan kepalanya sambil mengusap keringat di dahinya. Nafasnya masih terengah-engah. “Tadi aku ke rumah Tante Ika dulu. Nganterin pakaiannya yang dijahit Ibu. Tante Ika minta tolong cepat, jadi aku harus mampir dulu.”
“Enggak apa-apa kok. Ayo masuk!” ajak Intan deng...