Kulangkahkan kakiku perlahan menyusuri lorong temaram berkarpet merah. Aku berhenti di depan kamar bernomor 205. Sesaat aku diam. Ada sedikit keraguan yang mengusik. Apakah kedatanganku ke mari adalah keputusan yang tepat? Bagaimana kalau ternyata salah? Apakah aku harus kembali? Tapi aku sudah sampai di sini.
Kuketuk pelan pintu kamar dua nol lima. Bukan satu, dua, atau tiga. Selalu berakhiran dengan angka lima. Karena pancasila memiliki lima sil...