Angin semilir menerpa wajahku ketika lidahku tiba-tiba ingin mengecap kembali rasa makanan khas kesukaanku. Tidak. Bukan kesukaanku sebenarnya. Aku menyukai bakso setelah aku merasa kehilangan seseorang yang kuanggap tak penting awalnya.
Namanya Nisa.
Tak cantik sebagaimana gadis muda umumnya. Hanya perempuan berkulit coklat yang sangat commoner, berpenampilan sederhana, dan mungkin juga sederhana kehidupannya. Karena yang pasti aku tak mengenalnya sedemikian detil. Dia begitu menyukai makanan bernama bakso, membuat...