Asrama Jejaka Nomor Sekian

Oleh: Bai Ruindra

Malam-malam yang lewat selalu sunyi di jalan itu. Pohon-pohon yang rindang di siang hari seperti tak terlihat ditutup gelap malam, padahal lampu-lampu hias di setiap sudut menyala dengan terang. Suara jengkrik bersahutan di antara jalan setapak menuju rumah gedung di jalan buntu. Rumah itu tampak megah. Mewah. Penuh cahaya. Di pagari tembok besar. Berkilauan oleh tubuh-tubuh berkeringat siang dan malam. Sixpack yang menggoda. Tinggi yang menjulang. Kulit mulus terawat. Pria perkasa yang akan digilai wanita apabila mereka nyasar di perempatan jalan tempat itu.

Sayangnya, mereka hanya keluar pagar rumah beton itu kala libur musim panas. Pulu...

Baca selengkapnya →