Atas Nama Anjing

Oleh: Muram Batu

Emak tidak marah ketika bawang putih yang kami tanam dicabuti segerombolan orang bertera pribumi. Padahal, tanaman itu, bagian tengah daunnya sudah tampak menguning bahkan cenderung cokelat. Dia telah siap panen. Tapi, ketika orang-orang itu berteriak, sambil menunjuk-nunjuk pakai telunjuk ke arahku, wajah Emak berubah tegang. Otot marahnya muncul, tertahan gerakan yang tak bisa lepas hingga hanya mengeluarkan serak. Dan dengan teriakan, tanpa menggunakan jari penunjuk arah, dia membalas: anakku bukan anjing!

Seharusnya, hari itu adalah waktu yang tepat untuk bersuka. Benar-benar masa yang tepat untuk memanen....

Baca selengkapnya →