Bagaimana Hidup yang Selamanya Mencintai

Oleh: dari Lalu

“Ina, aku cinta kamu.”

“Aku masih belum bisa mencintai kamu, Sa,” kata dia keratusan kalinya.

Ini juga sudah keratusan kalinya aku mengungkapkan cinta.

“Lina!” seseorang perempuan memanggilnya dari kejauhan.

“Oh iya! Sa, ada yang harus diselesai-in dulu sama tim aku. Maaf ya.” dan dia meninggalkanku.

Ina, oh maksudku Lina. Nama panjangnya yang tidak panjang itu Lina Amanda. Tidak ada yang salah dari panggilan Lina, justru aku memanggilnya Ina karena dia sendiri memanggilku Esa saat semua orang memanggilku Hesa dari Mahesa. Esa terlalu agung untuk seorang manusia sepertiku. Dalam posisi pekerjaan saja Ina lebih tinggi pangkatnya daripadaku. 

Tidak, justru kami berteman sejak SMA, itu kenapa aku sudah menyatakan ratusan cinta kepadanya. Namun, sampai ungkapan cintaku yang baru saja, aku masih tidak tahu; aku yang terlalu bawa perasaan atau Ina memang tidak pernah membuka ruang yang lebih dari persahabatan.

Kenapa aku mencintai Ina? Mungkin lebih tepatnya kenapa ina tidak mencintaiku. Di antara semua masa yang aku lewati bersama Ina, hanya tiga puluh persen waktu yang tidak aku lalui bersamanya. Setelah lulus SMA pun, kami mempunyai minat yang sama dalam bidang komunikasi, kuliah di kampus yang sama; aku Jurnalis dan Ina Ilmu Komunikasi. Setelah wisuda masih bersama, diterima berkerja di perusahaan komunikasi walaupun berbeda devisi. Aku bagian penyiaran, sementara Ina ...

Baca selengkapnya →