Subuh buta, setelah toa-toa masjid menggemakan kabar kematian salah satu penduduk kampung, Broto langsung bergegas menyiapkan cangkul-cangkul dan sekop-sekop, yang ia jajarkan di serambi rumahnya. Lalu, ia duduk di kursi rotan dan menunggu kawannya datang. Segelas teh sudah diseduhnya sebagai penghangat tubuh. Harapannya, semoga teh kurang gula itu bisa mencukupkan tenaganya untuk menggali lubang sedalam dua meter nanti.
Hampir seperempat jam menu...