Hujan punya sihir.
Salah satunya terlihat pada sihir hujan poyan (1). Rintik-rintiknya yang terpoles pelototan matahari menderas berkilau keemasan. Hujan semacam ini menjadi rahim bagi kelahiran pelangi yang ‘alangkah indahnya’ itu, atau yang kemudian dirayakan para pecinta lewat lantunan ‘ada pelangi di bola matamu’.
Ajaib.
Tuhan bisa memberi apa pun. Bisa menciptakan apa pun. Aku hanya perantara yang berusaha merebut kaki kuda dan nafas unta. Tak kubayangkan sebelumnya Aku menemukan rintik-rintik keemasan semacam hujan poyan itu, tambang emas baru itu, dari si mungil yang suka ngedok (2) itu. Cupang. Si Betta Fish penyendiri. Solitarian (3) yang nampak lembut namun bisa ganas itu.
Ya, aku takjub, ketika Si Avatar Gordon (4) daging hitam berbintik-bintik biru ini, menjelma rintik-rintik perak dan emas saat kukawinkan silang dengan Si FCCP alias Si Fancy Copper (5) berkilauan itu, Si Tembaga Mewah. Rintik keperakan, lalu menembus bias warna keemasan, membuatku berteriak menembus tujuh lapis langit: Eureka!(6).
Strains (7) baru?
Tentu saja.
Subhanallohhh...wow: Avatar Copper (8). Avatar dengan rintik keperakan, dan pada sirip, dorsal hingga ekornya nampak ungu keemasan dengan dasinya yang merah menjuntai. Mewah. Mahluk bocoran dari sorgawi. Ini ‘Ikan Sultan’ (9). Lebih Sultan daripada Si Blue Rim (10) yang masih bertahan di benak para ‘Sultan’ yang terbentang dari New York hingga Burnei Darussalam.
Saat strain baru itu telah matang hingga mencapai f-4nya (11), facebook tempatku biasa melelang cupang menemukan isu yang tak basi. Ledakkan tepuk tangan dan komentar bertubi bagai mortir seperti kiriman Hamas ke Iron Dome Air-(12)nya pasukan Israel. Aku kebanjiran ledakan hasrat para kolektor.
Bagai air bah untuk sebuah perahu yang dibuat di atas puncak gunung. Membahana. Para seller (13) dan breeder (14) dari Thailand hingga Australia mengibarkan bath (15) dan dollar di ujung pujiannya kepada strain baru ikan hias yang kupijahkan sepenuh hati itu.
Berbulan-bulan aku jadi bulan-bulanan canda tawa para seller yang mulai antri dari wilayah Ibu Kota: Tukang Cupang Naik Haji. Katanya. Katanye juga.
Duh, tak kubayangkan ada karpet terbang membawa Kakbah ke biji mataku. Tapi, sebentar, aku belum siap mencium Hajar Aswad. (16). Bibirku masih terbata-bata jika berdzikir. Perlu persiapan, bukan? Apalagi, hasrat ke tanah suci akan berhadapan dengan antrian yang telah memanjang dan makan waktu jam serta sobekan kalender bertahun-tahun.
“Wuahhhh... terima kasih Bang! Mohon do’anya saja. Eh, tapi paling Umroh dahulu, lah!”
“Umroh Plus, Mas Baridin!”
“Umroh Plus Plus juga bisa...!”
“Ya, ke Puncak dulu aja, Mas! Ke Kampung Arab sambil tukar Dirham (17)! ”
Ingsun ngakak. Ngapak tenan tuh wong-wong Monas. (18)
Tapi rupanya ini tak membuatku tidur di plang dengan bulatan merah berpalang putih. Aku terus meggerus sisi kiri dan kanan pikiranku. Dan benar saja. Ya. Harus kubuat lagi strain yang baru lagi: menjadi Avatar Gold (19).
Lalu...White Platinum. Supergold. Yellow Gold (20). Tiga cupang warna solid (21) itu melintas. Menderas. Memilin otak dan detak kabel berdarah menuju pompa merah dengan denyut teratur di lingkaran oval igaku itu.
Ya. Tuhan mengirimkan rumusnya ke otakku. Rumus breeding, crossbreed, kawin silang yang membuat cupang hias tak kehabisan nafas untuk strain baru. Kalau jadi Avatar Gold, ini akan menjadi semacam grunge untuk rock’n roll. Meski, tentu saja untuk memecahkan warna solid pada kawin silang cupang dengan warna dasar daging hitam, tentu tidak mudah.
Setidaknya dibutuhkan waktu lama. Ya, kadang harus menempuh hingga F-4. Dua putaran kalender untuk genetik yang jadi. Mendekati sempurna.
Subhanalloooohhhh...aku mendapat eureka lagi!
Aku dihamili gelisah yang membadai. Ilham itu datang lewat semediku memang...