Aku memegang sebuah surat yang baru saja kuterima entah siapa pengirimnya, surat itu tidak memiliki nama pengirim, hanya tertera sebuah kalimat di bagian depan amplop berwarna coklat muda itu, "Teruntuk Sena, bukan kekasihku."
Aku bahkan tidak tau siapa yang mengantarkannya ke depan pintu apartemen milikku. Aku menemukannya tergeletak begitu saja di lantai, bersisian dengan sandal jepit.
Aku menerima amplop coklat muda itu pukul setengah enam sore, ketika matahari mulai melukiskan warna jingga pada langit yang akan ditinggalkannya. Aku menerima amplop coklat muda itu ketika aku baru saja bangun dari mimpi buru...