Gerimis yang mengabur kaca mobil membenam satu momen ke dalam benakku. Momen yang bagiku terlalu cepat berganti kenangan. Momen di mana rasa ini tak mampu lagi menahan keangkuhanmu. Apakah kau yang tengah duduk di depanku masih juga mengingatnya?
Berharap gerimis menyegarkan kembali memorimu. Sungguh, gerimis di senja itu telah kehilangan romantis. Bagaimana tidak? Gerimis yang dulu mengungkung kita di bawah pohon angsana enggan mengundang mesra. Gerimis malah menghanyutkan kita dalam percekcokan tiada solusi.
“Lupakan bidadari yang bergoyang, a...