“Eh, Say. Bantu bikin proposal, dong,” rajuk Pak Suami sambil mengamit lenganku menuju meja kerja.
"Memang selama ini proposalmu kaya apa, sih?” tanyaku penasaran. Dan, alangkah gelinya aku melihat deretan berkas yang terpampang di layar komputer. “Ya, ampun! Cupu banget! Warnanya, bentuknya, komposisinya, tulisannya, ah …”
Tampang suamiku itu langsung berlipit-lipit dengan bibir meruncing. “Ya, itulah kerjanya Arya. Mana dia nyiapinnya suka mepet sejam sebelum presentasi,” keluhnya.
“Sini! Aku bikin, deh. Masa programer belasan tahun proposalnya kaya anak SMP,” selorohku sambil mulai membuka aplikasi untuk menyusun proposal nan bonafit dan kekinian.
Sebelumnya, aku memang sebatas teman diskusi dan pemberi usul nan usil bagi suamiku yang sedang merintis perusahaan baru. Namun, sejak hari itu, aku jadi terjun lebih dalam ke dunia kerja yang dijalankan dari rumah akibat pandemi.
Hasilnya? Proposal rancanganku tembus, dong! Setelah berkali-kali mengajukan proyek ini dan itu yang berbalas dengan kekalahan, akhirnya perusahaan suamiku mencicipi manisnya rasa kemenangan. Siapa dulu dong, yang bikin? Pandemi bukan alasan buat Ajeng!
Pandemi? Siapa takut? Sudah jelas-jelas menggaung di mana-mana bahwa tips paling jitu untuk menghadapi pandemi ini adalah dengan menjaga protokol kesehatan, makan makanan bergizi, rajin berolahraga, cukup istirahat, tetap tenang dan menghindari stres.
Akhirnya tiba juga saatnya celotehanku tentang hidup sehat lebih didengar keluarga ini. Tentu aja, semua kulakukan dengan mengerahkan segenap kepiawaian untuk tetap datar tanpa emosi. Yang penting, setiap syarat agar imunitas meningkat harus terpenuhi!
“Terapinya Tari dihentikan dulu kali, ya? Stimulasi di rumah aja, deh. Sampai pandemi kelar,” usulku ke pasangan jiwa yang langsung mengangkat alis dan berpikir sejenak.
“Begitu? Memangnya, kamu bisa?” tanyanya meragukan. Huh! Untung aja sekarang pandemi. Jadi, aku en...