Malam itu, di sebuah desa terpencil yang terletak di tengah hutan lebat, udara terasa dingin dan lembap. Hanya suara serangga dan gesekan dedaunan yang terdengar di tengah kesunyian. Di dalam rumah kayu tua yang terlihat rapuh, Sari duduk di kursi goyang tua sambil memeluk tubuhnya yang gemetar.
"Apakah kau yakin sudah melakukannya dengan benar?" Tanya Laras, sahabat Sari yang duduk di sampingnya, matanya penuh kekhawatiran.
Sari mengangguk, meskipun jantungnya berdebar kencang, "Aku mengikuti semua petunjuk yang diberikan dukun itu. Tapi... Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak."
Mereka berdua sudah merasakan keanehan selama beberapa minggu terakhir. Setelah serangkaian kejadian aneh dan menyeramkan terjadi di desa mereka, Sari akhirnya memutuskan untuk mencari bantuan dari seorang dukun tua yang terkenal ahli dalam hal mistis dan teluh.
"Kau tahu teluh itu berbahaya, Sari. Jika ini gagal, kita tidak akan bisa mengendalikan akibatnya," Laras mengingatkan dengan nada takut.
Sari menundukkan kepala, "Aku tidak punya pilihan lain. Ini satu-satunya cara untuk menghentikan teror yang sudah menghantui keluargaku. Kau tahu apa yang terjadi pada adikku."
Laras hanya bisa diam. Adik Sari, Dimas, meninggal secara misterius beberapa minggu lalu setelah mengalami serangkaian kejadian aneh—tubuhnya penuh luka bakar tanpa ada api, kulitnya melepuh seolah-olah terbakar dari dalam. Tidak ada yang bisa menjelaskan penyebab kematiannya, kecuali satu hal: teluh.
"Siapa yang kau curigai mengirim teluh itu?" Tanya Laras dengan hati-hati.
Sari menggigit bibirnya, menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya, "Siapa lagi kalau bukan Bu Surti? Dia selalu iri pada keluargaku. Setelah ayahku menolak lamaran anaknya untukku, dia mulai bertingkah aneh."
"Tapi kita tidak punya bukti," Laras menatap Sari dengan cemas, "Bu Surti memang jahat, ta...