Bagi Meta Liebe Cafe adalah tempat yang istimewa. Di tempat ini banyak cerita hati yang pernah dilihatnya, didengarnya, bahkan dirasakannya. Kadang di satu bangku ia melihat dua hati bersatu, sementara di bangku lain tak jarang ia lihat dua hati yang tercerai.
Meja yang memisahkan dua bangku seperti portal bagi dua hati yang hendak bertemu. Di meja cafe, kata-kata terlontar dari mulut pengunjung. Mereka mengungkapkan isi hatinya dan berbagai masalah untuk temui kelegaan di hati mereka. Meski demikian, di antara obrolan yang sering didengarnya, tak jarang Meta menemukan kepalsuan yang tersembunyi di balik obrolan. Keaslian dan kepalsuan berpadu seperti sesendok gula dan kopi dalam secangkir kopi yang tersaji di meja cafe. Tapi keduanya tersembunyi di balik meja. Di mulut laki-laki yang lambungkan hati dan di pandangan mata wanita yang melumerkan hati.
Dari meja pemesanan yang memisahakan bangku pengunjung dengan ruang kerja peracik rasa, Meta memperhatikan seorang wanita yang terlihat cemas. Wanita itu sudah duduk satu jam lebih sambil menatap hujan yang turun di luar jendela. Pakaiannya tak basah. Namun Meta yakin bahwa hati wanita itu juga kering karena jenuh menunggu. Menunggu seseorang yang tak kunjung datang sejak ia memesan satu jus stroberi dan sepiring panekuk satu setengah jam yang lalu.
Selang dua jam setengah sejak kedat...