Ia memulai paginya dengan langkah lebar-lebar, membelah sepetak lahan depan rumahku sambil bersiul. Ya, bersiul sungguhan! Mengeluarkan tiruan bunyi suling dengan mulutnya yang dimonyongkan. Saat dipikirnya tak ada yang memerhatikan, lantas tubuhnya akan bergerak dengan kepala diangguk-anggukkan, macam hiasan boneka anjing di dashboard mobil. Earphone yang sembunyi di lubang telinganya, adalah pengalih konsentrasi.
Rok selutut renda-renda, vest rajutan, serta sepatu Docmart model Mary Jane, membalut tubuh tinggi kurusnya dengan penuh rasa percaya diri. Ia bersiap untuk memulai aktifitasnya, sebelum pukul 08.00.
Perempuan itu sudah mencuri perhatianku sejak pertama kali pindah kemari. Namun, aku tak pernah berani menyapanya. Hanya memandang dari jauh sambil memicingkan mata, pura-pura memandikan Ali Topan yang diparkir di halaman depan. Ia berjalan lewat lapangan, beberapa kali tertangkap sedang mengerling padaku, lalu pura-pura tak melihat, atau memang betulan tak peduli akan kehadiranku di sini.
Hari ini, Ali Topan libur mandi. Ia menginap di bengkel si Memet, karena radang businya sedang kambuh, karatnya keropos dan nyaris tak tertolong meski dibelikan organ yang baru. Kata Ibu, Ali Topan memang sudah h...