Namaku sifaya, umurku sekitar 24 tahun dan aku sedang kuliah di universitas Maliobo, dimana sehari-hari aku bekerja sebagai seorang penyanyi di sebuah cafe shop , dan aku juga bekerja paruh waktu untuk membayar biaya kuliahku.
Aku tinggal jauh dari keluargaku, untuk menuntut ilmu dan demi mengejar cita-citaku sebagai Pengacara.
Aku rela hidup sederhana di kosan ya g kecil, demi menghemat biaya hidupku di kota yun.
Namun semua itu aku lakukan juga demi membantu pacarku, panggil saja dia Anggra.
Pria tampan yang juga berprofesi sebagai seorang vokalis cowok ya g tergabung dalam grub Band pendatang baru.
***
Malam itu aku mentransfer seluruh uang tabunganku, bahkan aku sampai menunda pembayaran uang kuliahku, demi membantu Anggara untuk membayar cicilan mobil baru Anggara.
" Apa sif !!!" Seorang mulai terkejut sembari menatapku, ia terlihat merasa bersalah karena telah menunjukkan sebuah foto kepadaku.
" Jadi ... Kamu baru saja mentransfer uang kamu untuk Anggra ?" Gadis disampingku kembali menatapku penuh keharuan.
" Mau bagaimana lagi ..., nasi telah terlanjur menjadi bubur ... Dan aku juga sudah mendatangi kontrakan Anggara, tapi mereka semua juga sudah pindah dari kontrakan itu " aku mulai menjelaskan semuanya pada mei.
" Astaga. ... Kamu sangat bodoh Sifa..." Kali ini mei mulai menyalahkan ku.
" Parahnya lagi ... Dinda juga sudah tahu ... Kalau aku punya tabungan deposito itu" aku kembali menyebut nama sahabatku yang kabur bersama pacarku.
" Dasar tidak tahu malu " kata mei kemudian memelukku.
Kini aku harus menerima kenyataan bahwa aku telah hancur sehancurnya, apalagi Anggara adalah kekasih yang paling aku banggakan, dan paling aku cintai.
"Akhirnya, malam itu aku berinisiatif untuk pergi dari kota Yun, dan kembali kedesaku yang jaraknya bisa ditempuh selama 1 hari satu malam.
Namun di tengah perjalanan aku yang sedang duduk di kapal laut yang akan mengantarku ke pelabuhan, tiba-tiba saja terjadi badai hebat,hingga kapal yang aku tumpangi hampir saja tenggelam, namun tiba-tiba saja apalagi itu berputar dan menepi kesebuah pulau yang tak jauh dari kota Yun.
" Astaga ... Dimana ini " aku mendengar beberapa orang mulai berteriak ketakutan.
Akupun juga mulai takut, karena suasana dipulau itu sedang tidak baik-baik saja, namun aku masih bisa bernafas lega,karena aku masih diberi keselamatan oleh Tuhan.
" Awas ... Bagi kalian yang sedang datang bulan ... Pegang hidung kalian, dan jangan bernafas" seseorang mulai memberikan instruksi yang sangat aneh menurutku.
" Maksudnya apa pak ?" Aku yang saat itu sedang datang bulan mulai sedikit menyelidiki.
" Sudang neng ... Lakukan saja jika mau selamat" kata pria setengah tua itu, akan tetapi sebelum aku menutup hidung dan menahan nafasku, aku merasa tiba-tiba bulu kudukku berdiri.
Aku juga mulai mencium aroma wangi yang langsung menusuk hidungku.
" Hatsiiii " aku mulai bersin.
" Aduh ... Bagaimana ini " beberapa orang mulai mengeluh.
Tak lama kemudian, aku melihat sebuah bayangan seseorang pria berjubah sembari membawa pedang, yang sulit aku terkadang dengan akal sehatku.
" Kamu ... Adalah mangsaku" aku mendengar suara ...