Cinta Harus Dimengerti

Oleh: Yattis Ai

Setiap orang pasti pernah merasakan cinta. Cinta itu sederhana, tapi rumit untuk di jalani. Butuh pengertian dan kesabaran yang luar biasa untuk kalian mengerti arti cinta sesungguhnya.

Ada pribahasa yang mengatakan, Cinta Itu Buta. Banyak orang karena Cinta Buta, mereka bahkan mengabaikan hati nuraninya kepada orang lain.

Meski ada sebagian orang yang tidak demikian, tentu kebanyakan orang memilih untuk mendengarkan keinginan hatinya.

Bagiku, cinta itu yang terpenting adalah kebahagiaan hati.

Bahagia orang yang kita cintai senang hatinya, bahagia saat bersama mereka, meski aku tak pernah tau isi hati mereka.

Kau tau, selama hidupku, aku hanya menyayangi satu laki laki yaitu ayahku. Yah, tentu saja karna dia keluargaku juga ibu dan adik-adikku.

Tapi saat aku menginjak tahun ke tiga SMP, aku mulai menyayangi seorang lelaki yang mungkin, aku rasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Disini dimulailah perseteruan yang ada dalam hatiku.

Fahri, dialah teman sekelasku. Bisa dibilang kita adalah rival di kelas. Saat menginjak kelas dua SMP aku berada di kelas yang sama dengan Fahri. Lelaki yang tak pernah aku bayangkan akan jadi lelaki petama yang aku sukai.

Meski, tadi aku bilang dialah lelaki yang pertama aku sukai. Tetapi sikapnya selalu membuat aku kesal dan tanpa sadar karna rasa kesal itu tumbuhlah rasa dalam hatiku.

***

"Bibibibi, ada salam dari Aziz," ujar seorang lelaki yang selalu saja mengejekku itu.

Aku menengok ke arah Aziz dan dia tertunduk malu. Lalu aku pun melihat Fahri menuju kearahku ketika dia berkata demikian. Aku pun terdiam tertunduk.

"Ahh, Sibi kenapa kau malu begitu terima ajalah Aziz dia kan anak yg baik."

Entah, mengapa kali ini ejekan fahri membuatku kesal sekesal kesalnya.

"Apa kau bilang? Emangnya elo siapa mak comblang? Woo elo aja yang jadian sama Aziz. Kayanya kalian cocok tuh," ujarku dengan senyum sinis kepada Fahri.

"Wahh, wahh parah si Sibi masa gua disuruh jadian sama cowo. Emang gua lekong kgkgkg."

"Ahh, berisik ahh, Dah, fahri. Gue mau pulang dulu!"

***

Sejak saling ejek pada kejadian itu, hubungan kami pun semakin menjauh. Ujian kenaikan kelas pun sudah dimulai. Kami berada di kelas tiga SMP sekarang. Aku berada di kelas 3b dan fahri di kelas 3e. Tanpa kusadari, aku merasa kehilangan sosok yang menyebalkan itu. Ketika kami tanpa sengaja bertemu di kantin saja kami hanya saling terdiam. Membisu seolah tak pernah saling mengenal sebelumnya.

***

"Haahh, sebentar lagi ujian nasional (UN) gak terasa yahh Sibi."

"Yahh, begitulah An."

"Oh iya, karna sebentar lagi UN pasti akan ada foto untuk buku tahunan kan. Ayo kita...

Baca selengkapnya →