Cinta yang Tersisa

Oleh: SURIYANA

Mata Vara tak pernah lepas dari satu titik, yaitu pintu cokelat gelap di seberang jalan. Sudah cukup lama dia berdiam diri di dalam mobil yang dia parkir di pinggir jalan sebuah kompleks perumahan. Pada menit ke-38, dia menarik napas dalam-dalam dan keluar dari mobil. Ditemani gerimis hujan, langkahnya terayun ke depan pintu cokelat yang dia pandangi sedari tadi.

Sekonyong-konyong, Vara berhenti. Dia tak sanggup mengetuk pintu itu. Padahal, dulu dia sering mengetuknya. Itu berbeda. Dia tak lagi berhadapan dengan pintu cokelat saat usianya masih 16 tahun. Sekarang adalah saat sepuluh tahun kemudian, ketika dia berhadapan kembali dengan sang pintu.

Vara menghela napas. Dia harus berani mengetuknya jika ingin menemui sang empunya. Vara tersentak. Bagaimana kalau pemilik rumah itu sudah pindah dan yang di balik pintu cokelat bukanlah seseorang yang dia kenal?

Tiba-tiba pintu terbuka. Vara menahan jerit kagetnya.

“Va...

Baca selengkapnya →