Darah Yang Menulis Cinta

Oleh: Jongos Pendusta

Sejak kecil aku selalu hidup sebagai pejalan kaki. Bukan, jangan bayangkan aku hanya sekadar orang yang berjalan di trotoar dengan santai, itu terlalu remeh. Aku adalah pejalan kaki dalam arti yang lebih menyedihkan, aku hidup di dunia yang sudah ditentukan, sebuah novel di mana tugasku hanya menjadi latar. Aku ada hanya untuk lewat sebentar, melirik protagonis utama, lalu memberikan sorakan murahan yang membuat mereka tampak bersinar. Itu saja.

S...

Baca selengkapnya →