Bagas menatap kaca jendela kamarnya yang mulai berkabut oleh embun pagi. Udara dingin menyergap tulangnya, tapi bukan itu yang membuatnya enggan bergerak dari tempat tidur. Di luar sana, dunia tampak berjalan cepat. Terlalu cepat, bahkan untuk sekadar mengejarnya dengan semangat yang makin menipis setiap hari.
Ia masih duduk di ranjang, menggenggam buku catatan kecil berwarna biru yang dulu sempat ia isi dengan mimpi-mimpi besar. Dulu, ketika sema...