Laras selalu memilih tempat yang sama: di bawah lampu jalan dekat tikungan kecil Jalan Melati, di mana bayangan pohon membentuk pola tak teratur di trotoar. Setiap malam, setelah suara kendaraan mulai jarang terdengar, ia akan membuka kotak gitarnya, menatap langit, dan berkata pelan pada dirinya sendiri:
“Untuk siapa pun yang masih terjaga.”
Lalu ia mulai bernyanyi.
Suara Laras tidak keras, tapi hangat — seperti bisikan yang tahu di mana haru...