Di Antara Sarkas dan Pelukan

Oleh: Septia Arya Nugraha

Di malam yang sahdu ini aku tidak bisa terlalu banyak berkata-kata. Hujan turun perlahan, mengetuk atap rumah seperti jemari yang ragu mengetuk pintu lama. Udara dingin menyusup ke celah jendela, membawa bau tanah basah dan kenangan yang belum selesai. Dalam sunyi seperti ini, kata-kata terasa berat, seolah setiap kalimat memiliki konsekuensi yang tak sanggup lagi kutanggung.

Aku kehilangan kepekaan yang sebenarnya. Entah bahasaku yang terlalu vul...

Baca selengkapnya →