Di Balik 1998

Oleh: Imajinasiku

 Keramaian kota pagi itu memecah konsentrasi seorang lelaki yang duduk di belakang sebuah komputer keluaran terkini. Jari-jemari lentiknya yang halus, tanda jemari yang tidak pernah diperintahkan untuk bekerja keras kecuali menulis. Di luar sana, tepatnya di luar sebuah rumah toko yang dijadikan sebagai toko buku yang merangkap sebagai kantor dan tempat tinggal tampak berbagai kendaraan yang berlalu-lalung. Ada mobil keluaran terkini sampai mobil Kijang dan Corolla yang pernah berjaya di masa lalu. Juga ada sepeda motor canggih yang bisa hidup tanpa harus diisi bensin karena menggunakan listrik dengan cara dicas layaknya handphone sampai motor Honda tahun 70-an. Ada juga becak motor sampai becak kayuh. Dan ada juga sepeda listrik sampai sepeda kayuh yang bunyinya kriut-kriut. Bunyi klakson saling salak-menyalak. Saling gertak-menggertak. Kliningan sepeda bertalu-talu. Semuanya telah berubah, berganti dan berevolusi layaknya makhluk hidup yang ada di dunia ini. Termasuk benda mati. Konon, kabarnya di luar negeri sudah tercipta mobil terbang dan sepeda motor terbang. Iya terbang seperti dalam film-film Scifi yang nongol di layar-layar cinema itu. Konon lagi, mobil dan sepeda terbang yang bahan bakarnya menggunakan avtur itu dibanderol dengan harga ratusan juta dolar. Jadi, di kemudian hari, ketika masyarakat Indonesia masih menggunakan becak kayuh, di luar negeri orang-orang sudah naik sepeda terbang. Atau bisa juga skatefly, skate terbang yang mengeluarkan noise macam sepatu robotnya Astroboy. Ah, mengingat akan hal itu membuat le...

Baca selengkapnya →