Kuterka waktu pada arlogi ungu yang melingkar di lengan kirimu. Entah, berapa detik terpenggal jatuh?! Bertumpuk memanjang, seperti bongkahan karang yang kelam. Kenangan yang menjulang. Dan seperti hamparan pasir yang pualam di depan, kuharap masih banyak sisa waktu untuk kita di sini, dalam alunan angin bulan juli.
“Istirahat dulu, ya,” ajakmu menunjuk pada rerindang pepohonan di batas pasir.
“Boleh,” jawabku tak kuasa mengabaikan senyum h...