Sebelum matahari terbit, aku sudah di jalanan. Dengan BMW X6, kulintasi jalanan yang masih sepi dari Serpong Tangerang Selatan, menuju Soekarno-Hatta. Aku harus tiba di bandara paling tidak setengah jam sebelum pukul 06.45. Minggu lalu aku telat chek in. Hangus tiket. Terpaksa kupesan tiket baru, dan ganti pesawat yang menuju kotamu, Sabang.
Aku tak bisa menahan diriku untuk ke sana. Dua bulan ini sudah ke empat kalinya setiap Minggu aku ke Sabang. Jangan tanya berapa biaya sudah kukeluarkan. Patah hati membuat diri tak peduli apapun, termasuk uang. Begitu mudah kuhambur tanpa kontrol. Berharap yang kuhamburkan, mengganti yang tercerabut dari hati. Menemukan kembali kebahagiaanku.
Selalu saja dadaku mengosong jika mengingatmu. Betapa menyakitkan patah hati. Pikiran tak karuan, dihantam sakit bertubi-tubi, stress, serasa lumpuh, dan rasa-rasanya hampir gila. Pekerjaanku terbengkalai. Jika bukan perusahaan keluarga, aku sudah ditendang dari jajaran direksi. Dewan direksi menunjuk seorang kerabat mengganti posisiku sementara sampai aku kembali menjadi diriku. Aku hanya diserahkan mengawasi, sesekali mondar-mandir di kantor. Sementar...