“Dari mana kamu?” tanya ibu memblokir jalanku menuju kamar.
Aku hanya diam dan menunduk, enggan untuk menatap wajah ibu yang penuh dengan urat-urat hijau kemarahan. Manik mataku menangkap butiran tanah merah yang jatuh dari tubuh ibu. Suara langkah kaki lainnya datang dari belakang ibu di ikuti dengan bau anyir darah yang menyengat. Langkahku sedikit mundur namun sosok yang baru datang itu mencengkram pundakku erat. Tubuhku kaku namun aku berusaha menengadah menatap sosok ayah yang baru datang.
Wajahnya datar dan bau anyir dari tubuhnya langsung menyambut penciumanku membuatku merasa mual. Ibu yang berdiri di samping ayah hanya tersenyum miring dan mengelus punca kepalaku pelan. “Ingat ya sayang... Kamu jan...