Sudah lewat jam 10 malam. Ayun mulai mematikan lampu ruang tamu dan mengunci pintu serta jendela sekaligus menutup tirai jendela kaca besar yang menempel di dinding ruang tamunya.
Malam ini ia harus mengawali tidur malam sendirian. Hal itu sudah biasa bagi Ayun karena Sadikin, suaminya memang sering pulang tengah malam, terkadang malah tak pulang hingga dua tiga hari saat harus mengirim barang jauh ke luar kota. Suaminya adalah supir truk yang sering pergi ke luar kota untuk mengirim barang.
Jika barang yang dikirim ke luar kota yang jaraknya dekat, maka suaminya akan pulang saat sore atau malam hari.
Anaknya yang sulung, Ardi sudah bekerja di Surabaya dan hanya pulang seminggu sekali saat libur. Bayu, anaknya yang nomor 2 bekerja sebagai satpam di pabrik dekat rumah selepas SMU dan memiliki usaha angkringan bersama temannya yang ia jaga bergantian sepulang dari pabrik. Biasanya Bayu akan pulang ke rumah antara jam 10 atau jam 11 malam, tergantung ramai tidaknya pembeli angkringan. Sementara si bungsu Citra, sedang menuntut ilmu di pondok pesantren yang terletak di pinggiran kota.
Itulah sebabnya, Ayun hampir selalu sendirian di rumah saat siang hingga malam hari. Sangat jarang penghuni rumahnya dapat berkumpul bersama-sama secara lengkap selain hari raya atau acara keluarga.
Setelah memastikan semua pintu dan jendela sudah tertutup dan terkunci, Ayun bergerak mendekati bufet pendek dari kayu jati dan mengambil Hp yang tadi diletakkannya di samping asbak yang terbuat dari besi. Asbak itu adalah hasil karya suaminya yang memanfaatkan piston truk yang sudah tak terpakai.
Layar hpnya menyala bersamaan dengan tangann...