Iman pertama k melihat tulisan itu di dada kaosnya sendiri. Bukan di sebuah cermin, melainkan di pantulan kaca halte TransJakarta. Huruf putih itu sedikit retak. Efek desain, katanya. Namun itu justru membuatnya terasa lebih jujur.
Gold case stays forever.
Ia mengernyit. Entah mengapa kalimat itu terasa lebih berat daripada sekadar sablon.
“Kenapa?” suara Gracia muncul dari samping, rambutnya diikat setengah, kacamata hitam bertengger di kepala.
“Nggak apa-apa,” jawab Iman. “Cuma mikir… ini maksudnya apa?”
Gracia mendekat, membaca tulisannya. Ia ...