Kabut tipis menari di antara pepohonan pinus ketika Rafi, Dimas, dan Sinta turun dari angkot di persimpangan Berastagi. Udara dingin langsung menyambut, menelusup ke kulit mereka yang belum terbiasa. Pagi itu, langit masih abu-abu muda, seolah matahari enggan menampakkan diri.
“Serius kalian masih mau naik?” tanya Sinta sambil merapatkan jaket birunya. Napasnya tampak dari uap dingin yang keluar dari mulut.
Rafi tersenyum tipis. “Kita sudah r...