Seorang lelaki berkaca mata tiba-tiba sudah duduk di depanku yang sedang makan siang di kantin Kopma UGM. Makan siang yang terlambat karena sudah lewat jam dua.
“Mbak, selamat ya, sudah lulus,” ujarnya dengan mata berbinar.
Aku menghentikan suapanku dan menatapnya sekilas. “Makasih, Bi.” Meski canggung, aku mencoba menyunggingkan senyum.
“Langsung mau cabut dari Jogja, Mbak?” tanyanya. Kali ini wajahnya terlihat serius.
Aku mulai jengah. “Iya, Bi, sudah nggak ada lagi yang dikerjakan di sini.” Cepat-cepat kuhabiskan makanku sembari berharap laki-laki berkulit sawo matang ini segera berpindah tempat.
Albi mengedarkan pandangan sebentar. Tak lama ia mengeluarkan kado dari ranselnya. “Ini ada kenang-kenangan dariku, Mbak.” Suaranya yang semula hangat dan riang jadi sedikit bergetar. Ia membet...