Nisa meletakkan tasnya di kursi. Hari ketiga mencari pekerjaan, dan kakinya sudah seperti ditimpa beton. Ia berjalan menuju dapur, tenggorokan kering meminta segelas air.
Saat melewati saklar lampu, cahaya berkedip sekali. Cepat, seperti mata yang berkedut. Bayangan ganda terpantul di dinding, menciptakan siluet yang tidak seharusnya ada. Dengungan rendah bergetar dari dalam lantai, seperti napas bumi yang tertahan lalu hilang.
Bel pintu berbunyi.
N...