Hunian

Oleh: Utia Nur Hafidza Rizkya Ramadhani

Langit sore itu seperti kanvas hitam dengan sapuan abu-abu kelabu. Pukul lima, Indah duduk di bangku halte yang berwarna kusam, ditemani oleh deru kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan basah. Hujan belum turun, tetapi angin dingin yang membawa aroma tanah basah mulai menggigit kulitnya. Sesekali ia melirik ponselnya—layar menampilkan pukul 17.15—dan berulang kali ia memeriksa aplikasi transportasi, berharap ada bus yang mendekat. Namun, semuanya n...

Baca selengkapnya →