Ibu tak pernah ada untukku. Seperti itu aku ingin dikenali orang lain, tumbuh kuat tanpa seorang ibu. Ibuku tak mati, ia hanya minggat dari rumah sejak usiaku sepuluh tahun, sedangkan sepuluh tahun bersamanya yang kuingat hanya cubitan di pusar, gagang sapu di punggung, serta pukulan keras di pundakku. Sisanya adalah amarah Ibu yang meledak-ledak, matanya yang melotot tajam serta perintahnya yang mengintimidasi. Aku tak pernah ingat rasanya masakan Ibu, meski Ibu selalu memasak dalam sepuluh tahun sebelum ia meninggalkan aku. Aku tak ingat pula apa masakan yang paling sering ia buat, kecuali kolak kolang-kaling yang basi di priuk sebab kami sibuk dengan berit...