Kuberanikan diri menyentuh pundak dan merangkul punggungnya. Tak kusangka dia membalasnya. Tangisnya menggema di telingaku, kemudian.
“Aku telepon Papa?” tawarku padanya.
“Nggak usah. Nanti kalau Papa pulang saja, kita kasih tahu.
Selama itu? Bulan depan Papa baru akan pulang. Untuk urusan bisnis ke luar negeri, papa memang sering meninggalkan kami. Aku dan mama, dulu.
“Biaya perawatannya?”
Dia tak menjawab, hanya menyodorkan kartu ATM yang dikeluarkan dari dompetnya. Disebutkannya enam digit nomor rahasia. Tapi aku tak segera menyambutnya.
“Ini uang ...