Mimpi buruk masih terasa membekas di benak Wahyu. Wahyu mengerjap, mencoba mengusir sisa-sisa kengerian yang entah apa wujudnya. Namun, di tengah kekosongan pasca-mimpi, sebuah fragmen percakapan justru menyeruak, lebih nyata dan menusuk daripada bayangan-bayangan tadi. Kata-kata itu, terucap lembut namun tajam, milik seorang wanita yang baru saja ia antar pulang dengan Mio Sporty birunya.
Putri seorang kiyai. Sosok yang teduh dan penuh cahaya, seperti rembulan...