Jerih Payah Tak Berbalas

Oleh: Zjoama R Sapta

Parmidi mengayuh becaknya mengantar seorang penumpang. Dalam lajunya mengayuh becak, terselip sebuah harapan mulia untuk keluarganya. Ada sebuah keluarga yang harus tercukupi kebutuhannya, dan seorang anak perempuan yang menginjak semester empat di bangku perkuliahan. Biaya yang tak murah bagi Parmidi untuk bisa mengantarkan anaknya menjadi seorang sarjana di salah satu kampus ternama di Kota.

“Terimakasih ya, Pak Par” ucap penumpang yang turun, lalu memberikan upah.

“Sama-sama, Bu” jawab Parmidi ramah.

Selesai mengantar penumpang, Parmidi mengayuh becaknya pulang. Cahaya matahari dari barat, selalu mengiringi lelahnya kedua kaki Parmidi mengayuh becaknya pulang ke rumah. Tanpa melepas alas kaki, kaki-kaki yang mulai renta itu, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah berdinding kayu, dan berlantai tanah tanpa tertutup marmer.

“Bapak pulang, Bu” kata Parmidi, lalu duduk di ruang tengah.

“Iya...

Baca selengkapnya →