Judi

Oleh: Sulistiyo Suparno

Berapa kali Marjono utang padaku? Seribu kali atau lebih, entahlah. Seharusnya aku mengusirnya atau menghindar bila Marjono muncul, tapi aku tak tega. Hanya aku yang masih mau berteman dengannya. Hanya aku yang masih terpedaya oleh wajah memelasnya tiap kali lelaki pendek dan kurus itu datang. Hanya aku yang tidak memakinya sebagai calon penghuni neraka!

Suatu pagi, Marjono datang ke rumahku membawa pesawat telepon tua; hitam dan masih cukup mengkilap. Sebuah benda antik yang sangat kukenal. 

Dahulu, telepon tua itu berada di sebuah ruangan sempit di sisi belakang kantor kecamatan. Dahulu, aku dan Marjono suka be...

Baca selengkapnya →