Jakarta menyambutku dengan napasnya yang panas dan sesak. Selama seminggu pertama, aku tidur di mushola stasiun, di antara para penglaju yang kelelahan dan orang-orang yang telah menyerah pada nasib.
Namaku Adi. Usiaku dua puluh empat tahun, dan di tanganku hanya ada ijazah SMK serta sebuah surat penerimaan kerja di percetakan kecil yang gajinya hanya cukup untuk bertahan hidup, bukan untuk hidup. Aku butuh atap, tempat termurah yang bisa kutemu...