“DAN udah minum tadi.” Zidan memalingkan muka sambil berkacak pinggang, menolak air minum pemberian Rosé secara tidak langsung.
“Minum lagi,” desak Rosé membiarkan botol minum itu tetap terjulur ke arahnya.
Selintas Zidan melirik perempuan di hadapannya dengan malas—ia benaran sudah minum satu cup tadi, nanti perutnya bisa kelopokan, lalu meraih botol minum itu dengan terpaksa. Melihat itu, Rosé tersenyum puas. Ia tahu betul pria satu ini paling tidak bisa menolak keinginannya.
Sambil mengibas tangannya yang sedikit basah akibat botol minum yang berembun, Rosé bertanya, “Sakit, ya?” ketika pandangannya menangkap luka bilur di pundak telanjang Zidan.
Seluruh badan pria ...