Mentari pagi merayap malu di balik tirai kamarku, namun sinarnya tak mampu mengalahkan kehangatan notifikasi di ponsel. Sebuah pesan singkat dari seorang pria yang baru beberapa kali berpapasan denganku. “Hai, wanita cantik yang selalu membuat pagiku lebih cerah.”
Pipiku terasa menghangat. Pujian sederhana itu entah mengapa berhasil menggelitik sesuatu dalam diriku. Di tengah hiruk pikuk media sosial yang penuh dengan filter dan kepalsuan, sapaan lugas itu terasa seperti setetes embun di gurun pasir. Aku membalasnya dengan senyum virtual.
Namanya...