Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, karakter, tempat kejadian atau pun peristiwa, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Semoga bisa menghibur para pembaca sekalian.
***
Pagi-pagi sekali tak biasanya Robin murung. Di kursi bambu panjang di beranda rumahnya itu ia duduk sambil melamun menatap gelas berisi kopi hitam dengan tatapan kosong. Berbagai suara keresahan dalam benaknya pun bermunculan, mengapa istrinya harus kehilangan benda berbentuk segitiga itu berkali-kali? Siapa pelakunya?
“Yah, semalam hilang lagi,” kata Sari, istrinya.
“Haduh, kok bisa sih, Bun?” Robin melihat ke arah istrinya yang baru saja keluar dari dalam rumah.
“Semalam aku lupa masukin kerumah Yah, karena masih basah,” jawab Sari.
Robin tidak menjawab, ia melamun lagi dan kembali menatap gelas berisi kopi yang isinya sudah setengah itu.
Mendengar laporan dari istrinya yang bukan hanya sekali dua kali itu membuat Robin akhirnya geram. Ia ingin sekali mencokok dan bila perlu menangkap maling spesialis celana dalam itu dengan tangannya sendiri. Robin ingin sekali membuat orang itu kapok dan berhenti mencuri pakaian dalam milik istrinya.
Lima belas menit berlalu, lamunan Robin dibuyarkan oleh suara laki-laki tua yang lewat di depan rumahnya.
“Wah… Pak Robin pagi-pagi udah melamun aja nih, awas nanti kesambet!” gurau, lelaki tua yang sudah rapi dengan setelan berkebun itu.
“Eh, Pak Demit. Wah rajin sekali, pagi-pagi gini sudah mau nyangkul saja.” Robin menoleh ke arah lelaki itu sambil meletakkan gelas di depan meja.
“Iya, biasalah Pak Robin, lagi banyak kerjaan di ladang, sekalian bantu-bantu ka...