Jam digital di perempatan menunjukan 04:02. Angka merahnya berpendar di udara lembab, menempel di kabut seperti tato yang tak bisa dihapus.
Sudah tiga hari, waktu di kota ini tidak bergeser. Tiga hari tanpa subuh, tanpa burung, tanpa bayangan matahari. Namun mesin-mesin masih berdengung. Lalu lintas masih lewat perlahan. Orang-orang masih membuka toko, menyalakan radio, menyapa dengan wajah yang tak benar-benar sadar.
Angin membawa aroma debu dan r...