"Bagaimana kamu bisa tahu pemeran di film itu tampan atau cantik? Kamu kan, maaf ... buta!" ujarku sambil mencomot kacang kulit di depannya.
"Imajinasi! Aku menontonnya setiap sore, dan membayangkan pemerannya dari suara dan gaya bicaranya," jawabnya seraya menepis tanganku. "Kacangnya sisa lima biji, tadi sudah kumakan dua puluh biji. Kalau kamu mau, ambil kemasan baru di tasku."
Aku tercengang. Dengan repleks aku menghitung sisa kacang itu. Bagaimana ia tahu jumlah kacang yang sedang dimakannya sambil nonton televisi?
"Kamu pasti kaget, kan? Aku hampir setiap hari makan dua bungkus kacang. Jadi tahu persis jumlah isinya." Sambil tertawa ia menunjuk tas cangklong di sampingnya.
Ketakjubanku bertambah. Entah apa lagi yang akan diperlihatkan perempuan buta namun cantik itu.
"Kamu suruh aku mengambil bungkusan kacang itu sendiri? Memangnya kamu percaya aku nggak akan mengambil barangmu yang lain?" pancingku. Ia menggeleng seraya tersenyum simpul.
"Aku percaya kamu orang baik...