Semilir angin kemarau menerpa wajahku ketika untuk pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di sini, di kota kelahiran yang nyaris sepuluh tahun ini tak pernah kusambangi. Sebuah kerinduan menyeruak ke dalam hatiku ketika melihat lalu lalang mobil yang melintas di sebelah barat alun-alun kota ini.
“Bu, saya lapar. Kapan kita makan?” suara bocah sembilan tahun yang menggenggam erat tanganku ini membuatku terseret dari arus lamunanku.
Aku menunduk padanya dan menghadiahkan senyum terbaik yang selalu kuberik...