Seorang perempuan tengah berjalan tergesa-gesa,wajahnya tampak kesal dan menakutkan untuk orang yang melihatnya. Tanda pengenal yang ada di dada sebelah kirinya akan mengenali nama gadis itu meski pertama bertemu, dia adalah Seara. Gadis yang berusia 27 tahun, punya puluhan mimpi tapi belum mampu wujudkan satu pun. Hari ini emosinya kian meluap karena sang ayah yang tidak henti-hentinya menambah hutang yang membuatnya harus bekerja terus sampai semuanya lunas. Seara terus menyempatkan diri untuk belajar agar bisa melanjutkan mimpinya di sela jam kerjanya.
Tapi hari ini emosinya tidak tertahankan lagi, sang ayah mengambil uang tabungan yang dia sembunyikan selama dua tahun. Dia menghancurkan semua isi rumah dan berlari kemana pun dia bisa berlari, masa bodoh dengan apa yang akan terjadi dengan sang ayah yang tidak pernah sadar dengan judinya yang tak pernah membawa keberuntungan dan malahan menghancurkan kehidupannya. Dia menuju salah satu toko buku tempat dia biasa menghabiskan waktu jika libur bekerja. Si pemilik toko tampak peka terhadap raut wajah seara, dia adalah seorang pria paruh baya yang sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai seorang dosen bahasa di salah satu universitas.
"Kenapa gadis kecil," tanya pria itu saat bel toko berbunyi.
"Aku bukan gadis kecil, umurku sudah 27 tahun abi!" jawabnya sambil duduk di sebelah meja kasir.
"Apa ayahmu berulah lagi?"
"Aku tidak habis fikir, apa dia masih menganggapku anaknya atau tidak. Aku sudah menghabiskan usiaku hanya untuk membayar hutang-hutangnya yang entah kapan akan lunas. Aku juga punya mimpi," ujar seara sambil terus menangis.
"Pantas saja, dari ja...