Tatapan heran itu selalu menyertai ke mana pun kaki kecil Rena melangkah. Begitu pula dengan suara-suara sumbang dan asing di telinganya. Namun, ia tidak peduli. Ia terus melangkah dengan tegap dan bersemangat. Cuaca yang cerah dengan angin semilir sore ini terlalu sayang untuk diabaikan atau dirusak oleh hal-hal tidak penting semacam itu.
“Nggak usah dipikirin. Mereka cuma iri.” Rena selalu mengatakan hal yang sama saat kejadian seperti barusan terulang.
Bukan tanpa alasan Rena berkata demikian. Aruna, sahabatnya itu, sangatlah cantik. Gadis yang terpaut usia dua tahun itu memang memiliki pesona di luar batas kewajaran. Tidak hanya laki-laki, bahkan gadis-gadis lain seperti Rena pun sangat mengaguminya. Jadi, pandangan heran itu, Rena anggap sebagai kekaguman atau k...