LOCK IT DOWN

Oleh: Rama Sudeta A

"Oi ... apa itu?"

Sebuah tembok raksasa berdiri kokoh dan membentang sangat teramat jauh hingga aku tidak bisa melihat ujungnya.

"Itu tembok, bodoh," sahut sahabat baikku di sisi kiriku.

Aku menoleh ke wajahnya yang membosankan itu, menatapnya dengan tatapan bosan dan berkata, "wow."

"Wow?" ucapnya ragu.

"Ya, wow."

"Wow," ucapnya kemudian.

"Hentikan, bodoh," ucapku bosan.

Pemuda botak dengan wajah merah itu membisu dengan tatapan kosongnya yang seakan seperti sedang menodongkan sebuah pistol kepadaku.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah tembok abu-abu polos itu dan berkata, "sejak kapan ada tembok disini, disana dan dimana-mana? Seingatku tidak pernah ada tembok apapun disekitar sini."

Sahabat baikku itu mengikuti arah pandanganku dan berkata, "kapan maksudmu?"

"Sebelum kita tidur, semalam, kemarin," ucapku masih menatap tembok.

"Tidak mungkin ada sebuah atau beberapa tembok raksasa dibangun dalam waktu semalam."

Aku menoleh ke arah sahabatku dan berkata, "huh? Memangnya berapa lama kita tidur?"

***

Waktu itu aku merasa sangat kelelahan sepulang dari menjalani rutinitas harianku yang melelahkan.

Lantaran merasa sangat tidak bertenaga aku memutuskan untuk melewati semua sisa agendaku pada hari itu dan langsung menuju kasurku yang nyaman untuk tidur dan beristirahat dari kacaunya dunia ini.

Setelah itu, saat aku terbangun dari tidurku yang sangat nyenyak, seperti biasa aku melakukan beberapa hal yang biasa aku lakukan di pagi hari, sikat gigi, cuci muka, menyantap sarapanku, secangkir kopi hitam dan sepotong roti panggang, membaca berita terkini dan membuka jendela kayu untuk melihat dunia yang berantakan.

Tapi kenyataannya bukan dunia, dengan semua komedinya, yang kulih...

Baca selengkapnya →