Di antara bayang-bayang malam dan kabut yang menggantung rendah, seorang gadis dengan tatapan kosong terlihat melangkah sendirian. Payung hitam di tangan tak benar-benar melindunginya dari guyuran air hujan. Ia melintasi jalan setapak menuju pemakaman tua yang tak jauh dari halte bis. Pintu gerbang besi yang berkarat mengerang pelan saat ia membukanya. Aroma tanah basah dan bunga yang membusuk pun menyergap.
Di antara nisan-nisan tua berlumut, gadis itu berhenti. Diam. Ia menunduk di depan satu-satunya nisan yang tampak bersih. Lalu, ia berbisik pada sesuatu yang tak terlihat.
"Sebentar lagi. Aku janji."
Dan di sekitarnya, hujan tiba-tiba jatuh lebih deras, seolah langit ikut menyaksikan pertemuan di malam itu.
***
Denting jam di meja belajar menunjukkan sudah lewat tengah malam, namun hiruk-pikuk kota masih saja ...