Mama Mia

Oleh: Rahmaaa

Suara teriakan milik Mama Mia terdengar begitu jelas dari kamarku. Suaranya bahkan dapat mengalahkan lagu Justin Bieber yang sedang aku setel melalui laptop.

Mau heran, tapi ini mamaku. Pagi-pagi tanpa adanya drama sepertinya terasa kurang afdol.

“Nafi! Lo dipanggil bukannya nyaut malah diem aja! Budeg Lo?” 

Kan? Memang seperti ini nih kegiatan rutinku di pagi hari. Kena omel terus. Dari pagi sampai malam. Persis seperti minum obat tiga kali sehari.

“Apa sih Ma? Nafi lagi kerja juga,” jawabku.

Mama berjalan ke arahku. Kedua tangannya sudah ia lipat di depan dada. Raut wajah andalan sudah keluar membuatku harus siap-siap kabur dari hadapannya.

“Mau kemana lo? Gak perlu nyari alasan! Kerja apa lo sampai-sampai jam segini masih di kamar? Jajan aja masih minta lo sama gue,” omel Mama membuatku meringis.

Si Mama gak tahu aja kalau aku ini sudah bisa nyari uang sendiri. Terbukti dengan adanya laptop yang sudah siap sedia digunakan di meja belajar.

“Aku kerja nih, nulis artikel dan tuh ....” tunjukku ke arah laptop dan rak buku yang sudah dipenuhi oleh novel hasil karyaku dari aku masih SMK sampai saat ini.

“Kerja tuh yang kaya si Kiki tuh, jadi guru TK atau kaya adiknya Kiki si Kia kerja di kantoran. Bukan kaya gini. Kalau lo emang gak mau kerja, gue masih sanggup buat kuliahin Lo kaya si anaknya Mak Inul.”

Sudah hapal betul aku, hingga ujung-ujungnya aku berakhir di sini. Di toko milik Mama yang harus berakting ramah meski mental sedang tidak baik-baik saja.

“Mbak gue mau beli kertas asturo satu ya, warna hitam mbak,” ujar pelanggan yang baru saja datang tadi. Dengan segera aku pun meraih kertas asturo yang ada di etalase.

“Kak, aku mau print,” ujar pelanggan lain yang baru saja datang.

Aku melihat Dimas y...

Baca selengkapnya →