MAWAR MERAH HATI

Oleh: Sri Wintala Achmad

Waktu terus mengalir. Sebagaimana cinta Din yang sekarang telah

menjadi istriku. Perempuan yang bakal membangunkanku setiap pagi untuk

menikmati secangkir kopi, sebatang rokok, dan sehidang sarapan di meja makan.

Ia pula yang setiap malam dingin akan membangkitkan gunung

es sesudah mengharumkan tubuh dan jiwanya di ranjang

bersprei bergambar mawar merah hati.

 

TIDAK pernah terbayangkan kalau perempuan yang menanam pohon mawar di jambangan di sudut teras rumah adalah istriku sekarang. Din. Nama manis dari Fajar Widardini. Perempuan belia yang pernah habis-habisan menampik kata ‘cinta’ dari mulutku. Di pantai laut selatan yang berpasir putih keperakan.

“Aku tak mencintaimu! Kembalilah pada Estu yang selalu mempersiapkan air panas sebelum kau mandi saat musim dingin. Menemanimu saat kau menulis pui...

Baca selengkapnya →