Menembus Cicalengka

Oleh: Hendra Wiguna

Aku berjalan tak jauh di belakang Bapak yang melangkah agak lamban dan ringkih. Ketika kami hampir mendekati pintu stasiun kereta, beliau berhenti dan berbalik, yang membuatku ikut berhenti. Beberapa saat kami saling menatap. Hal itu menjadikanku risih.

“Sudah sampai,” ucapnya canggung. Ia tersenyum.

Aku membuang pandang, kemudian segera berjalan agak cepat. “Sudah saya bilang, Bapak tak perlu ikut, saya bisa berangkat sendiri, Pak,” ucapk...

Baca selengkapnya →